Di tengah gelora solidaritas global yang memuncak—dari jalanan London hingga kampus Washington, dari universitas Cape Town hingga alun-alun Jakarta—rakyat dunia bagaikan pendaki yang menancapkan bendera perlawanan di puncak gunung ketidakadilan.
Sementara itu, Indonesia justru terasa “diseret” menjauh, terombang-ambing di lautan diplomasi yang seolah tak bertepi: terbuka bagi normalisasi, tapi bersyarat pada kemerdekaan yang bahkan belum nyata di tanah Palestina itu sendiri.
Oleh: Elok Mahbub