Elok Mahbub (cigar and tobacco enthusiast)
Warisan Daun Indonesia di Panggung Dunia
Indonesia sudah lama dikenal sebagai salah satu produsen tembakau kelas dunia, khususnya dengan Besuki Na Oogst (BesNO) dan Sumatra leaf yang banyak dipakai sebagai pembungkus (wrapper) cerutu internasional. Daun-daun ini masuk kategori premium karena teksturnya halus, elastis, dan mudah dibentuk. Bagi pabrik cerutu global, tembakau Indonesia adalah standar tinggi yang tak tergantikan. Ironisnya, meski punya nama besar di pasar daun, tidak otomatis Indonesia unggul dalam membangun merek cerutu yang diakui secara internasional.
Paradox Cerutu Indonesia
Realitas yang menarik, cerutu Indonesia tidak selalu dibangun dari daun lokal tradisional semata.
BIN (Boss Image Nusantara) mengambil langkah paling maju dengan menanam sendiri berbagai varietas internasional — seperti Havana seed, Connecticut, hingga Broadleaf — melalui proses aklimatisasi bertahun-tahun di Jember. Dari proses inilah lahir varietas Javano, hasil adaptasi Havana seed di tanah Jawa. Saat ini Javano menunjukkan peningkatan permintaan signifikan, baik dijual sebagai daun maupun digunakan langsung dalam produksi cerutu Indonesia.
BRC (Besuki Raya Cigar) lebih banyak mengandalkan pasokan daun lokal, dengan penggunaan daun impor dalam skala terbatas.
Taru Martani (Yogyakarta) menjaga tradisi dengan gaya blend khasnya, meski belum banyak informasi terbuka terkait strategi penanaman varietas luar.
PTPN X, sebagai pemain BUMN, juga hadir lewat pabrik cerutu Kartanegara, yang konsisten menggunakan Besuki Na Oogst (BesNO) sebagai basis utama.
Dengan komposisi seperti ini, industri cerutu Indonesia menampilkan spectrum strategi: dari heritage lokal, eksperimen varietas global, hingga inovasi aklimatisasi seperti Havana seed dan Javano. Semua ini pada akhirnya mengarah pada satu misi: membangun House of Cigar Indonesia dengan identitas yang khas di mata dunia.
House of Cigar, Bukan Sekadar Geografi
Berbeda dengan kopi atau wine, cerutu Indonesia tidak dibangun dengan narasi “geographical origin” semata. Pabrik-pabrik besar di dalam negeri lebih memilih membangun identitas lewat house brand.
Kekuatan cerutu Indonesia terletak pada kemampuan blending: mencampur daun dari berbagai sumber (lokal maupun impor) untuk menciptakan cita rasa tertentu. Narasi yang dikedepankan bukan hanya “daun dari Jember” atau “daun dari Besuki”, melainkan “cerutu dari House of BIN, BRC, Taru Martani, atau Kartanegara PTPN X.” Dengan cara ini, Indonesia mencoba masuk ke pasar global bukan hanya sebagai pemasok bahan mentah, tetapi sebagai pembuat karya cerutu yang punya gaya khas.
Tantangan Identitas
Namun, jalan ini tidak mudah. Di pasar internasional, cerutu Indonesia masih berhadapan dengan dominasi kuat Kuba, Republik Dominika, dan Nikaragua — negara yang cerutunya identik dengan terroir tertentu. Indonesia butuh narasi yang lebih kokoh agar tidak hanya dikenal sebagai pemasok daun BesNO. Keberhasilan Javano bisa menjadi momentum: bukti bahwa aklimatisasi varietas asing mampu melahirkan identitas baru, dengan cita rasa yang berbeda dari induknya.
Masa Depan Cerutu Indonesia
Ke depan, ada dua jalur yang bisa ditempuh secara paralel:
- Memperkuat posisi daun Indonesia sebagai bahan premium yang tetap diperebutkan dunia.
- Mengembangkan House of Cigar Indonesia dengan brand yang punya reputasi kuat, sekaligus menonjolkan inovasi varietas aklimatisasi seperti Javano.
Selain itu, penting juga membangun segmentasi pasar global yang jelas:
- Premium niche, yang menyasar kolektor & aficionado dengan edisi terbatas berbasis heritage (misalnya BesNO atau Sumatra).
- Boutique cigar, cerutu dengan kekuatan storytelling, gaya hidup, hingga dipasarkan di hotel, lounge, dan komunitas cigar club.
- Mass product, produksi cerutu non premium dalam volume besar untuk menjaga brand tetap eksis di berbagai segmen pasar.
Kesimpulannya, branding cerutu Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan “geographic origin” seperti Kuba atau Dominika. Ia lebih tepat dibangun sebagai “House of Cigar” yang kreatif, adaptif, tetapi tetap berakar pada heritage tembakau Sumatra dan BesNO. Dengan kombinasi heritage, inovasi varietas, dan strategi pasar yang cerdas, cerutu Indonesia berpeluang menjadi pemain besar di dunia.
